Perbudakan Modern di Sirkus OCI Taman Safari: Sorotan Publik dan Tuntutan Keadilan

24 April 2025 11:07

Kasus dugaan eksploitasi dan perbudakan modern yang menimpa mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) di bawah naungan Taman Safari Indonesia (TSI) kembali mencuat ke permukaan. Sejumlah mantan pemain sirkus mengungkapkan pengalaman pahit mereka selama puluhan tahun bekerja, termasuk kekerasan fisik, pelanggaran hak pendidikan, dan eksploitasi ekonomi.

1. Pengakuan Mantan Pemain Sirkus

Uploaded ImageGambar : Kompas

Dalam audiensi dengan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, para korban yang mayoritas perempuan mengungkapkan bahwa mereka mengalami kekerasan dan pelecehan sejak usia dini. Beberapa di antaranya bahkan tidak mengetahui asal-usul mereka karena diduga dijual atau diadopsi secara ilegal untuk dijadikan pemain sirkus. Mereka juga mengaku tidak menerima pendidikan yang layak dan dipaksa bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi.

2. Komnas HAM dan DPR Turun Tangan

Uploaded ImageGambar : Kompas

Komnas HAM mengonfirmasi telah menerima tiga kali pengaduan terkait kasus ini, yaitu pada tahun 1997, 2004, dan 2024. Investigasi pada tahun 1997 menemukan pelanggaran HAM, termasuk kekerasan, pelanggaran hak atas pendidikan, dan eksploitasi ekonomi. Namun, hanya sebagian rekomendasi yang ditindaklanjuti. Komnas HAM berkomitmen untuk memantau penyelesaian kasus ini dan mendorong penegakan hukum yang adil.

Sementara itu, Komisi III DPR RI menggelar rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan pihak OCI dan TSI. Wakil Ketua Komisi III, Ahmad Sahroni, meminta kedua belah pihak untuk duduk bersama dan menyelesaikan kasus ini secara damai. Ia juga menyarankan agar pihak terkait tidak terlalu banyak berbicara di media untuk menghindari kegaduhan.

3. Tanggapan Pihak Taman Safari dan OCI

Uploaded Image
Gambar : Gen Z Daily

Pihak Taman Safari Indonesia membantah tuduhan eksploitasi dan kekerasan terhadap pemain sirkus OCI. Komisaris TSI, Tony Sumampouw, menyatakan bahwa pelatihan di OCI memang menerapkan disiplin ketat, termasuk penggunaan rotan untuk mengoreksi kesalahan, namun tidak bermaksud menyakiti. Ia juga mempertanyakan bukti-bukti dugaan kekerasan dan heran mengapa kasus ini kembali mencuat sekarang.

4. Tuntutan Kompensasi dan Keadilan

Uploaded ImageGambar : Detik News

Para mantan pemain sirkus menuntut agar kasus ini dibuka kembali dan meminta manajemen Taman Safari Indonesia membayar kompensasi atas penderitaan yang mereka alami. Mereka juga berharap pemerintah dan aparat penegak hukum serius membongkar praktik-praktik perbudakan modern dan memastikan tidak ada lagi korban di masa depan.

 

Kesimpulan

  • Mantan pemain sirkus OCI mengaku mengalami kekerasan, eksploitasi ekonomi, dan pelanggaran hak pendidikan sejak kecil.
  • Komnas HAM telah menerima pengaduan sejak 1997 dan menemukan indikasi pelanggaran HAM berat.
  • Komisi III DPR menggelar RDPU dan mendesak penyelesaian damai serta penegakan keadilan.
  • Pihak Taman Safari membantah tuduhan dan menyebut pelatihan keras sebagai bentuk disiplin.
  • Para korban menuntut kompensasi dan desakan agar praktik eksploitasi tidak terulang kembali.

Refleksi

Kasus OCI menjadi tamparan keras bahwa wajah perbudakan modern bisa tersembunyi di balik dunia hiburan. Di era yang seharusnya menjunjung tinggi hak asasi, kita masih mendapati cerita tentang anak-anak yang kehilangan masa kecil, pendidikan, bahkan identitas. Keadilan bukan sekadar soal hukuman, tapi pemulihan martabat manusia. Pemerintah, media, dan masyarakat harus bahu-membahu mencegah tragedi kemanusiaan semacam ini agar tak terulang.

BACA JUGA
LAGI TRENDING